Gini nih rasanya,, HAMIL… (Episode curhat :) )


Desember 2014 kemarin, saya memutuskan untuk menikah. Yap, di usia 22 tahun. Memang sekarang-sekarang ini baru trend nikah muda, dan saya termasuk salah satu yang mengikuti trend itu. Ups, tapi niat utamanya bukan karena trend lah ya. Tapi, alhamdulillah karena Alloh swt sudah menjawab doa saya. Waktu itu saya berdoa yang intinya minta didatangkan jodoh yang tepat di waktu yang tepat, dan cukup satu ikhwan saja yang dateng, dan itu adalah jodoh saya. Benar saja, beberapa waktu kemudian ada satu ikhwan yang datengkepada saya dan meminta saya untuk menjadi pendamping hidupnya (cieh…), dan alhamdulillah cocok.

Dan... eng ing eng,,, waktu itu saya menunggu datangnya tamu yang rutin tiap bulan hadir. Saya tunggu sekian waktu, ternyata gak muncul-muncul. Hmm, akhirnya saya putuskan untuk test-pack. Tes sekali, hasilnya negatif. Saya tunggu beberapa waktu kemudian. Tetap saja tamu itu gak dateng. Saya kemudian meminta suami untuk membelikan test-pack yang baru. Setelah saya uji lagi, hwaa… positif! (Ternyata test pack yang saya gunakan pertama kali itu kemungkinan kadaluarsa. Hihi.. jadi gak valid).

Denger POSITIF! Awalnya, kaget sih. Karena gak nyangka bakalan secepat ini. Padahal masih punya rencana-rencana lain. Tapi, husnudzannya adalah, karena Alloh memang sudah percaya kepada saya, bahwa saya akan mampu menjalani ini semua. Makanya, kemudian semuanya perlu saya syukuri. Termasuk nikmat berupa kehamilan. Lagian kalau mengingat teman-teman yang sudah lama nikah tapi belum juga mendapatkan momongan, padahal mereka sangat berharap, itu adalah satu renungan yang membuat saya makin bersyukur.

Posisi sekarang ini, umur kehamilan saya sudah hampir masuk 9 bulan. Rasanya, dagdigdug deh. Lebih didominasi perasaan takut. Belum pernah ngalamin (yaiyalah), takut sakit, gak tau caranya, dan lain-lain. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, itu kan proses alamiah (semacam kita ngalamin haid), pasti semua wanita bakal bisa menjalani ini semua.

Di umur-umur kehamilan kayak sekarang ini, rasanya perut terasa sering kenceng, kaku. Perut terasa kenceng di sebelah kanan, kemudian janin kerasa gerak-gerak nendang. Nah, itu yang namanya kontraksi palsu (kalo, di buku namanya kontraksi Brixton Hicks). Itu ternyata belum seberapa rasanya. Meskipun seringkali ketika saya mbonceng suami naek motor, ketika kontraksi palsu mulai beraksi, saya minta suami untuk memelankan kecepatan motor yang kami tumpangi. Ditambah sering terasa pegal-pegal di bagian punggung. Dan yang kadang terjadi juga, adalah saya sudah susah untuk bangun dari posisi berbaring, karena perut saya yang sudah membesar. Sekali lagi, itu belum seberapa teman-teman. Saya memperhatikan sendiri bagaimana seorang ibu hamil yang usia kehamilannya sudah memasuki 9 bulan pada detik-detik persalinan, kontraksi yang dialami begitu kuat. Gerakan janinnya sudah tak terbendung. Gerakannya membuat badan terasa tak karuan, bahkan katanya kalau udah mau lairan, punggung terasa panas. Wah, wah, wah, dan sebentar lagi saya akan mengalami itu. Hwaa, jadi ketakutan sendiri kalau harus ngebayangin rasanya. Tapi bismillah aja, insya Alloh bisa.

Perbanyak doa, kata temen saya. Dan yang lebih-lebih penting adalah membayangkan bahwa sebentar lagi saya akan memiliki bayi yang insya Alloh menjadi generasi penerus (sangat berharap nantinya anak tersebut bisa menjadi investasi dien Islam, menjadi jalan amal jariyah bagi saya dan suami. Aamiin).   Satu hal yang baru, saya sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Tak sabar, akan dipanggil Umi, Bunda, Ibu,,,
@Kontrakan Pak Sukir, 02 September 2015 (08 : 22 WIB)

Comments

Popular posts from this blog

[MENGAPA ANAK PINTAR DISEKOLAH BISA ALAMI KESULITAN EKONOMI?]

5 Cara Mendidik Anak Agar Berakhlak Mulia