Industri 4.0 dan Konservasi Laut


Kali ini saya mau posting lagi hasil kuliah online SEATALK #2 yang ngebahas soal Industri 4.0 dan konservasi laut... Materi kali ini disampaikan oleh Ratih Melati Manjari (Peneliti Forbil Institute).

Silakan menyimak teman-teman :)

Bagaimana Industri 4.0 dapat memfasilitasi dan memajukan upaya konservasi laut?

1.      Pencegahan overfishing

Salah satu masalah yang memiliki kaitan erat dengan pengelolaan lautan adalah ovefishing. Overfishing adalah eksploitasi sumber daya ikan di luar kemampuannya untuk regenerasi. Menurut Agnew (2009) dan FAO (dalam WEF, 2017), seperlima dari praktik penangkapan ikan di seluruh dunia dianggap ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur dan diperkirakan bahwa biayanya pemerintah dan nelayan yang sah adalah US$ 23 miliar per tahun. Temuan penelitian oleh Costello et al. (2016) mengungkapkan bahwa reformasi manajemen perikanan di seluruh dunia dapat meningkatkan total tangkapan tahunan dan keuntungan tahunan sambil meningkatkan kesehatan ekosistem laut.

Memastikan perikanan berkelanjutan memerlukan manajemen publik yang lebih efektif, sebagian melalui pengaturan kuota yang menjaga panen total dalam batas yang berkelanjutan, dan menyediakan penegakan yang ketat. Dengan menggunakan beragam platform sensor canggih yang terhubung melalui teknologi digital, stok dan tangkapan ikan dapat dipantau. Ini juga dapat dicapai dengan melacak perahu nelayan individu.

Salah satu inovasi yang mendukung upaya ini adalah program yang disebut FishFace yang menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk mengumpulkan data tentang spesies yang ditangkap di laut (The Nature Conservancy, 2017). Teknologi ini telah diterapkan di Indonesia untuk mengatasi masalah penangkapan ikan berlebihan (The Nature Conservancy, 2017)

2.      Perlindungan Habitat

Delapan juta ton sampah dan limbah masuk ke laut setiap tahunnya. Diperkirakan bahwa pada tahun 2050 lautan akan memiliki lebih sedikit ikan daripada plastik (WEF, 2016). Langkah terbaik untuk mengatasi polusi ditujukan di hulu dengan mengurangi dan menghilangkan limbah sampah yang mengalir ke lautan. Selain itu, pengurangan penggunaan plastik dan pembersihan marine debris dari lautan sangat penting untuk pelestarian ekosistem laut. Hal ini sangat penting karena sampah dan limbah kimia lain juga dapat membahayakan kehidupan di laut.

Kemampuan menciptakan lautan digital, seperti integrasi sensor canggih, pembelajaran mesin dan inovasi lainnya, dapat memandu penggunaan pestisida dan pupuk yang jauh lebih tepat di bidang pertanian, mengurangi limbah dan limpasan. Ini juga dapat memfasilitasi regulasi yang melacak dan mengidentifikasi para pencemar.

Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan baru-baru ini menemukan mikroba yang dapat memetabolisasi plastik polietilena tereftalat (PET) dan mungkin dapat mengubahnya menjadi bahan baku untuk polimer baru. Nanoteknologi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi logam berat dalam sistem kelautan dan untuk bioremediasi.

3.      Perlindungan Spesies

Meskipun tingkat kepunahan spesies lautan belum mencapai tingkat tanah, banyak spesies dan populasi lautan menurun. Populasi global menurun dari beberapa spesies paus balin mencapai lebih dari 80% dari catatan statistik historis. Banyak spesies hiu, diburu untuk sirip mereka, juga telah melihat penurunan tajam. Sebagai contoh, populasi hiu nigano (whitetip) menurun sekitar 93% antara tahun 1995 dan 2010. Kalau di Indonesia sendiri mungkin lebih ke populasi hiu paus yang saat ini juga terancam. Salah satu kasusnya mungkin bisa diliat dari hiu paus yang di dalam perutnya ditemukan 5,9 kg sampah.

Salah satu inovasi yang mendukung usaha perlindungan spesies ini adalah DeepDive. Sebuah alat machine-learning yang disebut DeepDive dapat digunakan untuk memproses "data gelap" di web untuk menembus lingkaran kejahatan terorganisir yang melindungi lalu lintas satwa liar. DeepDive mengekstrak nilai dari semesta data yang terkubur dalam teks, tabel, gambar, dan sumber lain yang tidak dapat diproses oleh perangkat lunak yang ada.

Penggunaan teknologi 4.0 lain dalam usaha perlindungan spesies juga ditunjukkan melalui teknologi SnotBot yang dikembangkan oleh sekelompok ilmuwan konservasionis yang tergabung dalam Parley for Ocean bekerja sama dengan Intel. Parley SnotBot merupakan kombinasi antara teknologi drone canggih, kecerdasan buatan (AI) dan alat pembelajaran mesin untuk mengumpulkan sampel biologis dari ikan paus dan menganalisis data secara langsung. Teknologi ini mampu mengumpukan data biologis, behavioral, volumetri, dan fotogrametri dari Paus. Penerapan teknologi ini memfasilitasi penelitian yang non-abrasif dan memungkinkan analisis data secara cepat.


Industri 4.0 yang utamanya berkembang pada industri manufaktur dan pelayanan juga mempengaruhi lini kehidupan sosial yang lebih luas, khususnya dalam konservasi laut. Penerapan teknologi 4.0 dalam konservasi laut dapat memberikan manfaat dalam manajemen laut yang lebih efisien melalui inovasi teknologi baru dan penciptaan platform baru yang mampu menyebarkan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan.

Comments

Popular posts from this blog

Nikmat ketika membawamu...

SUASANA ROMANTIS DALAM KELUARGA RASULULLAH SAW (bag-1)

Seberapa Lama Daya Tahan ASI Perah (ASIP) ?