SAMPAH SEDOTAN SEPANJANG JAKARTA HINGGA MEKSIKO?



Mau baca lebih lengkapnya? Kepoin nih tulisan ya...

Alhamdulillah tanggal 15 Desember 2018 kemarin, bisa ikutan kuliah SEA TALK #2 yang diadin sama Blue Waves. Dan lagi-lagi alhamdulillah, karena begitu banyak ilmu yang bisa aku dapetin di sini. Buat cek apa itu blue waves, coba buka aja fb nya... 

Okey lanjut langsung ke materinya ya...Nih materi yang nyampein yang nyampein namanya Mas Amrullah Rosadi (Outreach Specialist dari Divers Clean Action). Beliau memiliki komunitas penyelam yang aktif untuk membersihkan marine itu. Biasanya aktivitas mereka diadain di Kepulauan Seribu. Ih Waw, keren gak sih? Sambil nyelem minum air (eh bukan, maksudnya bersiin sampah). Masya Alloh, semoga menjadi pahala banyak buat beliau.
Di kuliah online ini, beliau nyampein materi tentang marine debris?

Next, simak aja uraian materi dari beliau ya...
Menurut NOAA, UNEP, dan GPA, istilah marine debris merupakan material padat persisten yang dibuat kemudian baik secara langsung, ataupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja dibuang ke laut. Persisten yang dimaksud disini adalah kepadatan bahan tersebut aktif dan tidak berubah dalam waktu yang sangat lama, dapat beratus-ratus tahun lamanya, atau dengan kata lain tidak mudah terurai. Sampah laut ini terdiri dari bermacam-macam bentuk, dapat berupa plastik, tekstil, karet, logam, kaca, dsb. Sampah-sampah tersebut dapat berpindah tempat dengan jarak yang jauh dengan bantuan angin, arus, gelombang, dan pasang surut air laut. Sampah laut dapat berada mengapung di kolom air, tersuspensi di dasar laut, ataupun terdampar kembali di pantai-pantai. Sampah-sampah tersebut bersumber dari aktivitas di laut dan di darat. Aktivitas di laut seperti penangkapan ikan, sering menyisakan alat tangkap yang dibuang begitu saja ke laut. Lalu lintas kapal lain seperti kapal logistik ataupun kapal penumpang juga masih melakukan praktek membuang sampah secara illegal di laut. Aktivitas di darat yang umumnya menghasilkan sampah di laut seperti pembuangan sampah di sungai dan aliran air lainnya yang menuju ke laut. Fasilitas dan infrastruktur pengelolaan sampah yang kurang memadai di darat turut berkontribusi dalam banyaknya sampah di laut. Diperkirakan dalam setahun, kita, seluruh warga bumi, membuang 8 JUTA TON SAMPAH, ini sama dengan kita membuang SATU TRUK SAMPAH KE LAUT SETIAP MENITNYA.

Widiw, ngeri banget ya?

Dan tau gak sih kalian berapa besar sumbangan sampah laut dari Indonesia? Berdasarkan penelitian Jenna Jambeck ternyata Indonesia merupakan negara kontributor sampah plastik di lautan TERBESAR KEDUA setelah China dengan sumbangan 1,39 JUTA METRIK TON PER TAHUNNYA. Masya Alloh, banyak bingit ya?

Selain Indonesia, terdapat beberapa negara ASEAN lainnya yang turut ditempatkan dalam 10 besar negara penghasil sampah plastik. Terdapat Filipina, Vietnam, Thailand dan Malaysia. Filipina menempati urutan ketiga dengan 750.000 metrik ton sampah plastik per tahun, dimana Vietnam mengikuti di urutan selanjutnya dengan 730.000 metrik ton sampah laut per tahun. Sementara itu, Thailand menempati urutan ke-6 dengan membuang sampah laut sebanyak 410.000 metrik ton per tahun, dan Malaysia menempati urutan ke-8 dengan penghasilan sampah laut sebanyak 370.000 metrik ton per tahun (Jambeck, 2015). Fakta tersebut cukup menjelaskan bahwa Asia Tenggara berkontribusi cukup besar dalam mengotori lautan dunia.

Sebagian besar dari sampah laut yang dihasilkan tersebut merupakan plastik. KURANG LEBIH 8,3 MILIAR TON PLASTIK TELAH DIPRODUKSI SECARA MASSAL SEJAK TAHUN 1950. Saat ini laut diperkirakan sudah menampung 150 juta ton sampah plastik dengan 250 ribu tonnya terfragmentasi menjadi 5 triliun potongan plastik. Laut diprediksi akan menampung 250 juta ton sampah plastik pada tahun 2050 (Gallo, 2018 dalam Prasetiawan, 2018).

Ya Alloh, udah banyak banget plastik di bumi kita ya L. Padahal, plastik kan barang yang susah banget terurai... butuh waktu hingga ratusan tahun buat terurainya. Plastik emang gampang banget didapet, tapi susah banget buat diilangin alias dimusnahin, kecuali dibakar :”(

Sebenernya, seberapa bahaya sampah plastik buat kita-kita? Ini nih, kata pembicara !
1.      Dampak estetika dan ekonomi

Dampak estetika ini jelas sangat merugikan, siapa sih yang betah kalau di lingkungan sekitar banyak sampahnya? Tentu lingkungan perairan yang dipenuhi sampah akan memberikan efek negative pada perekonomian masyarakat. Contoh paling nyata adalah pariwisata. Sudah sering kan mendengar stereotype “ah sekarang udah males ke pantai X, udah kotor sekarang”. Kotornya suatu pantai atau objek wisata tentunya akan menyebabkan berkurangnya wisatawan yang datang, padahal perekonomian dari beberapa lapis masyarakat sangat bergantung pada aktivitas pariwisata. Di Indonesia sendiri, Wisata bahari saat ini hanya menyumbang 10% dari total devisa pariwisata nasional. Apabila masalah sampah laut belum terselesaikan dengan baik, besar kemungkinan peningkatan pendapatan negara melalui wisata bahari sulit tercapai.

Contoh lain dari efek buruk sampah laut terhadap ekonomi adalah ekonomi masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan. Ellen MacArthur Foundation memprediksi  bahwa pada tahun 2050 jumlah sampah di laut akan lebih banyak daripada jumlah ikan. Dapatkah dibayangkan ketika nelayan lebih mudah menemukan sampah daripada ikan di laut? Tentu hal tersebut akan sangat menyulitkan aktivitas penangkapan ikan dan akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan. Bahkan, saat ini banyak dari nelayan tradisional Indonesia sudah mengeluhkan pendapatannya berkurang karena lebih sering menjala sampah daripada menjala ikan.

Dampak Keanekaragaman Hayati

Sepertinya kita sudah sering melihat gambar atau video tentang penyu yang hidungnya tersumbat sedotan, paus di wakatobi, Indonesia dengan 5 kg sampah di perutnya, belakangan kasus tersebut sangat marak di pemberitaan nasional maupun internasional. Keadaan tersebut berlaku untuk semua spesies hewan yang berada di laut, termasuk mereka yang termasuk dalam hewan terancam punah. Spesies biota laut dapat menyangka bahwa sampah yang berada di laut merupakan makanan mereka dan ini mengancam hidup mereka. Bayangkan jika anda makan plastik hingga memenuhi saluran pencernaan anda. Sampai kapan anda dapat bertahan?

Ya Alloh, kasian banget ya hewan-hewan laut yang makan sampah. Berarti kalo kita buang sampah sembarangan ke laut secara enggak sadar kita udah dzalim ya sama mereka. Astaghfirulloh...

“Lalu kenapa kalau biota laut yang makan sampah, kan bukan kita” kata seorang egois. Tanpa disadari apabila kita memakan ikan komoditas konsumsi yang memakan sampah, maka kita juga memakan sampah tersebut. Sampah yang dimakan oleh ikan tidak hanya sampah plastik yang berukuran besar dan dapat dilihat, namun juga plastik yang berukuran kecil atau mikroplastik. Mikroplastik merupakan plastik yang berukuran < 5mm dan dapat disebabkan oleh microbeads dari sabun kita atau plastik yang terpotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil karena terus terpapar sinar UV dan terhantam gelombang.

Nah tuh. Emang sih rantai makanan begini. Dari konsumen 1—konsumen 2—konsumen—dst. Apa yang dari kita, bisa kembali ke kita lagi. Nah lho... Kudu ati-ati nih. Terakhir kali baca ada juga loh garam yang udh tercemar mikroplastik. Duh duh...

Keberadaan mikroplastik di dalam tubuh manusia berpotensi untuk merusak keseimbangan tubuh manusia, dan memasuki berbagai organ vital manusia seperti ginjal dan usus. Sistem sekresi manusia tidak memungkinkan untuk menetralisir mikroplastik sebagai zat yang asing bagi tubuh untuk menjadi zat yang tidak berbahaya. Bahkan mikroplastik dikhawatirkan dapat membawa mikroba berbahaya atau menjadi logam berat yang berbahaya bagi tubuh.

Adanya sampah di laut juga akan berdampak pada rusaknya kestabilan ekosistem, di mana hal tersebut akan berpengaruh pada populasi fitoplankton di laut. Padahal fitoplankton ini memegang peranan penting dalam keberlanjutan hampir semua spesies yang ada di laut. Hal ini disebabkan karena fitoplankton pada dasarnya adalah tumbuhan yang berperan sebagai produsen pertama di laut. Sebagai tumbuhan, tentunya fitoplankton juga berfotosintesis dan menghasilkan oksigen di laut dan di atmosfer. Oleh karenanya, fitoplankton ini berperan penting dalam menjaga kadar karbon di atmosfer. Apabila populasi fitoplankton terancam, maka kadar karbon di atmosfer akan semakin tidak terkontrol dan memperburuk efek pemanasan global yang masih terjadi.

Bayangin aja nih temen2 kalo ketersediaan oksigen semakin menipis di masa depan, dan jumlah karbon makin banyak. Kita bisa sesek nafas ditambah duhu bumi makin meniningkat. Sanggupkah kita bertahan? Hmm, jangan sampai lah ya yang kayak begituan bakal terjadi. Next, apa nih yang kita kudu lakuin biar gak terjadi yang kayak gitu? Jangan sampai kalah sama pihak yang lain.. Fastabiqul khoirot nih harusnya temen2 untuk berbuat sekecil apapun...

Banyak pihak udah berikhtiar dengan berbagai cara untuk menekan sampah plastik. Ini nih uraiannya...

Pemerintah Indonesia sendiri telah membuat rencana aksi dalam Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah Plastik di Laut 2017 – 2025. Dalam rencana tersebut, Indonesia ditargetkan untuk dapat mengurangi sampah plastic laut sampai 70% pada tahun 2025. Target tersebut akan dicapai melalui pelaksanaan 5 pilar utama yaitu:
1.   Perubahan perilaku
2.   Mengurangi kebocoran sampah dari darat
3.   Mengurangi kebocoran sampah dari laut
4.   Peningkatan penegakan hukum dan pendanaan
5.   Penelitian dan pengembangan

Beberapa instansi pemerintah sudah melakukan aksi nyata “mulai dari diri sendiri” untuk mengkampanyekan perubahan perilaku untuk lingkungan bersih. Seperti yang kita tahu, KKP akan mendenda pegawai yang menggunakan botol plastik, begitu juga dengan KLHK, rapat- rapat yang berlangsung disana tidak lagi menggunakan makanan berbungkus plastik dan wajib menggunakan tumbler. Yang terbaru adalah Mendagri menginstruksikan untuk tidak menggunakan botol dan sedotan plastik sekali pakai. Beberapa kota di Indonesia seperti Banjarmasin, Balikpapan, dan yang terbaru adalah Bogor, dan Bali segera telah melarang penggunaan plastik kresek sekali pakai di daerah tersebut melalui Perda.
NGO-NGO di Indonesia juga tanpa lelah untuk terus berkampanye, mendorong dan melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan untuk terus bergerak demi laut yang lebih bersih. Berbagai gerakan yang dilakukan NGO mulai dari GrassRoot, kolaborasi dengan perusahaan, hingga advokasi kebijakan pemerintah.
Sementara itu, pihak swasta juga sedang beramai-ramai untuk turut berkontribusi pada usaha penyelamatan laut dari sampah. Beberapa restoran keluarga terkenal dan kedai kopi multinasional sedang berlomba lomba untuk menekan penggunaan sedotan di gerainya masing-masing. Perusahaan-perusahaan yang memproduksi plastik pengemas produk consumer juga berlomba-lomba untuk melaksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility) dan EPR (Extended Producer Responsibility) mereka se-efektif mungkin. Program CSR perusahaan biasanya berkaitan dengan Edukasi masyarakat melalui bank sampah, sementara program EPR difokuskan kepada collection produk plastik yang menjadi sampah untuk digunakan kembali menjadi plastic kemasan mereka, program EPR juga biasanya berkaitan langsung dengan implementasi Circular Economy.

Semua pihak udah take action. Sekarang giliran kita nih (termasuk yang nulis nih). Caranya gimana nih? Ini dia kata pembicara...

Mudah tapi susah, susah tapi mudah, tapi sangat berarti, yaitu, yuk mulai hidup dengan menerapkan ZERO WASTE LIFESTYLE. Kita mulai aja dulu dari yang gampang-gampang, mulai dari gak pake lagi barang-barang yang sebetulnya kita gak butuh-butuh banget dalam hidup kita, jangan lagi gunakan kantong plastik, jangan lagi pake sedotan plastik.

Nah iya sedotan, ini si barang kecil tp mematikan, sudahlah dia tidak bisa diurai, sulit pula untuk melakukan daur ulang pada barang itu. Kesulitan untuk mendaur ulang pada sedotan itu sebetulnya ada pada nilai ekonominya yang rendah dalam bisnis daur ulang, sehingga para pelaku bisnis jarang melakukan daur ulang terhadap sedotan. Aktivitas bisnis daur ulang ini umumnya menggunakan satuan kg sebagai acuan untuk menentukan harga, sedangkan untuk mendapatkan 1 kg sedotan itu mungkin bisa butuh 1 gerobak, sementara harga plastik di pelapak biasanya berkisar antara 1.000 – 5.000 rupiah. Hal tersebut menyebabkan usaha tidak sesuai dengan keuntungan yang didapat dalam bisnis daur ulang, sehingga keberadaan sedotan akhirnya terabaikan hingga menjadi sampah di laut.

PADAHAL, DALAM SEHARI, PRODUKSI SEDOTAN ITU DIESTIMASIKAN MENCAPAI 93 JUTA PCS. APABILA ITU ITU SEDOTAN KITA JAJARKAN MEMANJANG, JARAKNYA SAMA DENGAN JAKARTA-MEKSIKO, YAITU SEKITAN 16.784 KM. KALAU SEMINGGU, ISU PANJANG SEDOTAN BISA SEPANJANG 117.449 KM, PANJANG ITU HAMPIR SAMA DENGAN 3X KELILING BUMI. Seminggu sedotan yang ada itu udah 3x mengelilingi bumi, men! Sebulan dan seterusnya coba itung sendiri deh yaa hahahaha. Oleh karenanya kita yang skip sedotan itu langkahnya berarti banget.
Next level zerowaste yaitu bawa tempat makan dan tempat minum kemana-mana, bawa cutleries sendiri, pakai sabun non microbeads, bikin odol sendiri, memilah sampah, sampai dengan kita bisa tidak menghasilkan sampah sama sekali.
Hmm, susah ya, ribet ya kalo bayanginnya... tapi bismillah kita coba. Pasti bisa!
Memilah sampah juga penting banget nih. Karena itu juga sebetulnya memiliki efek yang besar banget lhoo. Memilah plastik sama dengan memisahkan bahan organik yang cepat membusuk dan mengandung gas metan dengan bahan sampah plastic yang masih mempunyai nilai ekonomi. Barang yang masih bernilai bisa dikasihkan ke pemulung (bank sampah juga bisa lho ya!). Secara enggak langsung kita bisa mendukung circular ekonomi (Emm, apa circular ekonomi? Kita bahas di tulisan selanjutnya ya... insya Alloh).

Demikian teman-teman sharing dari kulian online saya...Panjang banget ya...Tapi semoga enggak ngebosenin...Semoga manfaat... Aamiin...and the next adalah semoga kita bisa mengamalkannya... Aamiin

Oya ini dia referensi yang pemateri baca untuk menyampaikan materinya :
Gallo, F., Fossi, C., Weber, R., Santillo, D., Sousa, J., Ingram, I., Nadal, A., Romano, D. (2018). “Marine litter plastics and microplastics and their toxic chemicals components: the need for urgent preventive measures”. Environmental Sciences Europe 30:13. DOI: 10.1186/ s12302-018-0139-z.
Jambeck, J.R, Geyer, R., Wilcox, C., Siegler,T.R, Perryman, M.,Andrady, A., Narayan, R., Law, K.L, “Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean,” Science, February 13, 2015, Volume 347, Number 6223, pp. 768– 71, sciencemag.org
Prasetiawan, Teddy. 2018. Upaya mengatasi Sampah Plastik di Laut. Info Singkat, Vol. X, No. 10/II/Puslit/Mei/2018. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
Data Center Divers Clean Action, bit.ly/SUMBERINFODCA
https://jpp.go.id/ekonomi/pariwisata/312153-turis-bahari-menyumbang-10-devisa-pariwisata-nasional
Tarmelander, Jerker. 2018. “#BeatPlasticPollution for #CleanSeas”. UN Environment Programme. Disampaikan pada YSEALI Marine Debris Expedition
Krasne, Tess. 2018. #TrashFreeSeas. Ocean Conservancy. Disampaikan pada YSEALI Marine Debris Expedition
https://marinedebris.noaa.gov/discover-issue

Comments

Popular posts from this blog

Nikmat ketika membawamu...

SUASANA ROMANTIS DALAM KELUARGA RASULULLAH SAW (bag-1)

Seberapa Lama Daya Tahan ASI Perah (ASIP) ?