Menjadi Pebisnis Pemula, Why Not?


Membangun Bisnis, Membangun Mental

Memulai sebuah usaha sedikit banyak mirip dengan membesarkan anak. Semua orang mengasumsikan Anda tahu apa yang Anda lakukan. Tetapi si bayi dan perusahaan terlahir tanpa buku instruksi manual.Anda memulainya dengan jatuh bangun dan belajar sambil berjalan. Pada awalnya kemungkinan besar Anda akan gagal. Tujuan Anda adalah membangun mesin uang, tapi mungkin Anda tidak memiliki keseluruhan bagian yang dibutuhkan. Ide Anda mungkin saja separuh salah, tetapi Anda tidak tahu bagian mana yang salah, hal ini normal sekali. (Burhan Fanany)

Membangun bisnis adalah keinginan yang dimiliki oleh sebagian orang. Tak semua orang memiliki keinginan untuk itu. Membangun bisnis itu memang sebuah passion. Ya passion. Passion adalah sesuatu yang kamu suka, kamu bisa, dan bikin kamu ada. Karena memang kita suka berbisnis, kita bisa berbisnis (sebenernya semua orang bisa berbisnis, asal mau belajar dan berlatih), dan kita merasa memiliki gairah hidup dengan jalan berbisnis. Itulah modal awal membangun bisnis. Dan yang pasti adalah modal keinginan dan tekad yang kuat. Karena lagi-lagi, semua bermula dari itu; niat! Niatlah yang kemudian akan menentukan hasil. Kalau niatnya serius, pasti berhasil. Kalau niatnya setengah-setengah, berarti hasilnya juga setengah-setengah.
Karena membangun bisnis adalah semacam membesarkan anak, ya memang butuh kesabaran. Ini pula yang menjadi konsekuesi ketika seseorang akan membangun bisnis. Kesabaran karena semuanya perlu melangkah setahap demi setahap; perlahan. Pelan sambil mengevaluasi. Mengevaluasi sambil memperbaiki. Kesabaran bukan berarti sabar menanti pembeli datang kepada kita, akan tetapi kesabaran untuk berproses melakukan semua tahapan bisnis. Mencoba melakukan produksi sendiri, menemukan resep produk yang berkualitas, melakukan marketting bisnis, menjemput pembeli, melayani pelanggan, menerima keluhan pelaggan, menerima order bahkan sampai pada tahapan menerima resiko bisnis berupa kerugian.

Gagal dalam perjalanan bisnis adalah suatu hal yang biasa.Kemauan menerima kegagalan ini pula yang harusnya menjadi bagian dari mental para pebisnis. Gagal bukanlah akhir dari segalanya. Gagal hanya bagian dari proses. Tentu masih ada proses setelah kita gagal. Dan itulah yang kemudian harusnya dijalani untuk menuju keberhasilan.Sebuah keberhasilan tentunya pasti ada kegagalan di awalnya. Ya, gagal-berhasil adalah proses jatuh bangun yang nantinya akan menempa mental kita untuk menuju kesuksesan.
Berbisnis adalah perkara mencetak mesin uang. Membuat mesin itu tentu memerlukan spare part yang tak hanya satu dua buah saja. Banyak. Dan kita sebagai pebisnis, apalagi pebisnis pemula tentu baru berlatih untuk menemukanspare part yang cocok agar mesin pencetak uang yang ingin kita operasikan itu mampu beroperasi secara optimal. Bisa jadi jenis spare part yang kita temukan sudah benar, akan tetapi tidak cocok untuk mesin yang kita operasikan; entah salah ukuran atau bisa jadi spare partnya tersebut ada kerusakan kecil sehingga tidak berfungsi. Apalagi spare part yang diperlukan bukan dalam jumlah sedikit, tentunya dibutuhkan kesabaran dan ikhtiar tingkat tinggi untuk bisa menemukan semua spare part itu agar mesin pencetak uangnya bisa dioperasikan. Dan yang menyebabkan persoalan mencetak mesin uang ini adalah sedikit rumit itu dikarenakan bisa jadi spare part yang kita butuhkan tidak dijual di tempat yang sama. Bahkan ada yang dijual terpisah. Bisa jadi sebenarnya dijual di tempat yang sama, tapi stoknya baru habis. Nah lho. Tapi tentunya sebuah kesalahan atau bahkan berulangkali kesalahan kita lakukan ketika kita mencari spare part, itu adalah wajar sekali; sudah hal yang normal dan lumrah. Karenanya jangan menyalahkan diri sendiri ketika kita melakukan hal itu. Yang jadi masalah adalah justru ketika kita menyerah dan putus asa setelah berulangkali melakukan kesalahan itu. Yang semestinya adalah kita akan terus berusaha mencari sampai bisa menemukan spare part yang cocok dan mesin pencetak uang yang kita buat bisa kita operasikan dan benar-benar bisa mencetak uang.

Begitulah memang, perjalanan menjadi pebisnis. Ibaratnya mendaki gunung, butuh tenaga super ekstra untuk bisa sampai di puncak. Butuh perjuangan untuk melangkah naik perlahan. Tidak serta merta menggunakan “pintu ke mana saja” milik Doraemon kita langsung bisa berada di puncak gunung. Itu adalah cara pikir yang instan. Cara-cara instan tidak akan bertahan lama kalaupun berhasil. Yang menjadi berharga sebelum kesuksesan hasil adalah proses yang dijalani. Dan itulah yang perlu dijalani dengan kuat-kuat.
Memang menjadi pebisnis bukanlah hal yang mudah. Tapi bukan berarti tak bisa dan tak mungkin. Ketika kita sudah meniatkan untuk mnjadi seorang pebisnis; membangun bisnis, maka apapun tantangan di depan mata pasti bisa dihadapi dan dilalui.

Indeks Pengusaha di Indonesia

Kemajuan sebuah negara, salah satu parameternya dinilai dari jumlah pengusaha yang ada di negara tersebut. Negara dikatakan bisa berkembang apabila jumlah pengusaha yang ada di sana minimal 2%. Menurut Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Chairul Djamhiri seperti dikutip dari salah satu surat kabar pada bulan September tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,26 %.

Apabila diasumsikan jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 350 juta jiwa, maka dapat dihitung bahwa jumlah pengusaha yang ada di Indonesia saat ini adalah sebanyak 4,41 juta jiwa. Adapun untuk memenuhi standar/parameter negara berkembang masih dibutuhkan sebanyak 2,59 juta pengusaha di Indonesia. Jumlah yang cukup fantastis memang.

Jumlah wirausaha di Indonesia menurut Chairul Djamhiri harus diakui masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Wirausaha terbanyak terdapat di Singapura, kemudian disusul dengan Malaysia.

Kondisi di atas tentu bukanlah kondisi yang membuat kita sebagai bangsa Indonesia menjadi minder ataupun malu. Justru kondisi di atas adalah menjadi pelecut semangat kita sebagai bangsa Indonesia untuk memenuhi kuota minimal agar negara Indonesia mampu berkembang lebih optimal. Ya, tentu kita niatkan diri kita menjadi seorang yang membangun bisnis dan kelak menjadi pengusaha sukses yang memiliki kontribusi untuk perbaikan masyarakat Indonesia.

Persaingan Bisnis

Bagi sebagian besar orang, persaingan memang sering dipandang sebagai hal yang tidak terlalu menyenangkan, bahkan menjadi momok.Namun, bagi pengusaha sejati persaingan bukanlah hantu menakutkan justru dengan adanya kompetisi ini menjadi pendorong kemajuan bisnis.(Burhan Fanany)

Ya, persaingan seringkali menjadi momok bagi sebagian besar orang. Tapi lagi-lagi sudut pandang itulah yang kemudian harus diganti. Sudut pandang yang digunakan seharusnya menjadi sudut pandang positif. Karena justru persaingan itulah yang kemudian mendatangkan efek-efek besar bahkan jauh tak terduga dibandingkan tak ada persaingan sama sekali. Kreativitas, inovasi, muncul karena adanya persaingan. Pun sama halnya dengan dinamika pasar. Dinamika pasar ada dan terjadi berkat adanya persaingan bisnis.Bahkan justru dinamika ini yang menjadikan dunia bisnis itu menarik dan mengasyikkan dari waktu ke waktu. Adanya persaingan memang barangkali menjadikan munculnya resiko dan perasaan was-was ‘ketidakpastian’. Dan inilah yang membuat dunia bisnis bukanlah dunia yang ‘flat’. Selalu ada evaluasi, introspeksi, dan perbaikan guna memenuhi kebutuhan pasar.

Sebagai seorang pebisnis, tentulah persaingan itu perlu kemudian untuk dihadapi. Kuncinya adalah pada mental yang memang harusnya sudah kita bangun sejak awal ketika kita terjun di duia bisnis. Ya, lagi-lagi mental untuk membesarkan anak, kesabaran, menghadapi resiko, dan menerima kegagalan. Ketika mental itu sudah berusaha dilatih untuk ditanamkan pada diri kita sebagai seorang pebisnis, maka sudah seharusnya persaingan itu bukan lagi menjadi momok.

SO’JAIM, Bisnis Siomay Jamur Tiram

Saya sebagai salah satu bagian dari generasi muda, turut memiliki keinginan untuk terjun langsung menekuni dunia bisnis. Keinginan saya ini memang bermula dari passion yang saya miliki. Di samping itu, ada pula alasan lain yang turut mendukung keinginan saya membangun bisnis; yakni kondisi bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih memiliki keterbatasan, kekurangan dari berbagai aspek, maka dari itu saya ingin menjadi salah satu kontributor bagi kemajuan Indonesia lewat dunia bisnis.

SO’JAIM adalah salah satu bisnis yang saya tekuni sejak masih mahasiswa bersama dengan beberapa teman saya lainnya. Memang ini bukan bisnis saya yang pertama kalinya. SO’JAIM adalah bisnis kesekian kali setelah saya beberapa kali gagl mengembangkan bisnis saya sebelumnya. Harapannya bisnis ini adalah bisnis yang mampu menjadi besar setelah kegagalan-kegagalan saya sebelumnya.

Akhir tahun 2011, saya dan teman-teman saya memutuskan untuk membangun sebuah bisnis baru. Ya, kami sebagai pebisnis pemula tentu perlu memikirkan sebuah produk yang inovatif dan kreatif yang mampu bersaing dalam menghadapi tantangan bisnis di lapangan.
Setelah beberapa waktu kemudian, kami akhirnya mengangkat tema jamur sebagai bagian dari bahan pokok produk yang kami rancang; yaitu siomay. Dan lagi-lagi untuk membuat sebuah produk yang mampu bersaing di pasaran, tentulah perlu dibuat sebuah brand produk yang beda dari lainnya. Sehingga pada akhirnya kami memilih brand produk “SO’JAIM”. Kami pikir, brand produk ini belum ada di pasaran. Dan ketika orang mendengar nama ini, maka nama produk ini terdengar unik dan membuat orang merasa penasaran dan ingin tahu.

Memang, kami masih menjadi pebisnis pemula. Dan setelah kami terjun langsung di lapangan, banyak hal yang kami dapatkan dan perlu kami pelajari lagi dalam rangka membangun kesuksesan bisnis. Tak mudah memang; masih perlu banyak bimbingan dan ilmu. Tapi, harapannya di umur bisnis kami yang hampir 2 tahun ini, bisnis kami mampu berkembang jauh lebih maju dari yang sebelumnya. Dan pada akhirnya, kami bisa dan mampu menjadi bagian dari kontributor kemajuan negara Indonesia.

Kulon Progo, 16 September 2013, 15 :31




Comments

Popular posts from this blog

Seberapa Lama Daya Tahan ASI Perah (ASIP) ?

Nikmat ketika membawamu...

SUASANA ROMANTIS DALAM KELUARGA RASULULLAH SAW (bag-1)