FASE KEHIDUPAN
Dunia bukanlah zona
nyaman. Ya, memang begitu adanya. Karena tempat tinggal senyatanya adalah
kampung akhirat. Dunia hanyalah
sementara; lamanya tak sampai satu hari di akhirat. Dunia bukanlah zona nyaman.
Dunia merupakan tempat untuk berproses dari zona nyaman menjadi zona tak
nyaman, begitu seterusnya. Alangkah
ironi, ketika manusia menganggap bahwa dunia adalah segalanya. Begitu betah ia
tinggal, dan mungkin terlalai bahwa ini adalah tempat sementara; ibarat mampir
ngombe. Dunia, tempat mencari perbekalan untuk tempat abadi.
(11 : 03)
Proses dari zona nyaman menjadi tak
nyaman adalah sebuah keniscayaan ketika kita ingin menjadi pribadi yang semakin
baik. Bukan sebuah paksaan untuk itu; tapi sebuah kesadaran, sebuah kebutuhan.
Peralihan fase dari zona nyaman menjadi tak nyaman memang sebuah proses. Proses
yang relatif; berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Ya, karena
masing-masing memiliki kecepatan yang berbeda. Tak bisa dipaksakan sama dengan
yang lain. Setiap orang memiliki kapasitas masing-masing. Proses itu
disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki. Itu yang kemudian menjadi kunci
untuk sebuah kenyamanan. Fase perubahan memang harus dinikmati. Jika tidak
demikian, tentu akan menjadi beban yang berakibat pada perasaan tersiksa.
Adalah sesuatu yang tak salah ketika
di dalam proses itu akan ada istilah ‘akselerasi’. Ya, percepatan proses
perubahan. Yang tadinya akan membutuhkan waktu 1 tahun untuk proses reguler.
Akan tetapi, bisa jadi dalam separuh waktunya perubahan itu akan menemukan titik
finalnya. Ya, lagi-lagi itu tergantung dari kapasitas masing-masing. Dan bisa
jadi ‘akselerasi’ itu adalah memang bukan rencana takdir yang dibuat oleh
manusia; ada campur tangan Alloh swt di sana.
Akan tetapi ketika dalam akselerasi
proses itu ada rasa-rasa tak nyaman maka ada dua hal yang kemudian menjadi
pilihan langkah. Pertama, melakukan proses adaptasi dengan menikmati rasa tak
nyaman itu. Ketika seiring berjalan waktu terjadi perubahan rasa tak nyaman
menjadi sesuatu yang nyaman, maka proses akselerasi itu akan berjalan. Akan
tetapi ketika justru terjadi hal yang sebaliknya, maka langkah yang dilakukan
adalah kembali pada ritme reguler sebelumnya. Ya, kembali untuk menikmati rasa
nyaman berproses dan konsekuensinya adalah fase yang lebih lama daripada fase
akselerasi.
Pada sebuah perjalanan; fase, maka
sudah sewajarnya akan ada pos perhentian. Ya, tempat untuk berhenti. Berhenti
untuk melakukan evaluasi apa-apa yang telah dilakukan; bagaimana hasilnya, apa
hambatannya, apa yang menjadi pendorong-motivasi. Berhenti pun untuk melakukan
reorientasi niat, reorientasi visi-misi. Jangan-jangan selama perjalanan fase
itu banyak debu yang telah menempel dan kemudian membuat cermin hati semakin
kotor, sehingga niatan menjadi salah.
Comments
Post a Comment